Memahami dan Menafsirkan Ucapan Paulus Yang Sulit, 6:
Segala Sesuatu demi Kebaikan
* Roma 8:18-30 Pengharapan anak-anak Allah
8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.
8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.
8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Kesenjangan yang jelas antara pengakuan iman iman yang dalam dan pengalaman kita sebagai rnanusia membuat Roma 8:28 menjadi salah satu ucapan Paulus yang sulit. Karena bagaimana mungkin kita dapat melihat tangan Allah bekerja melalui terbunuhnya seorang anak kecil oleh pengemudi yang mabuk? Bagaimana tujuan Allah yang penuh cinta kasih diungkapkan dalam penderitaan seorang korban kanker pad a minggu-minggu terakhirnya? Kebaikan apa yang dapat kita lihat dalam pembantaian jemaat Kristen oleh para gerilya? Segala macam pengalaman dan peristiwa ini tampaknya bertentangan dengan penegasan Paulus. Karena itu penting sekali kita memahami apa yang sebenarnya dikatakan Paulus dan bagaimana ia berdasarkan pengalamannya sendiri dapat mengatakan hal ini.
Terlepas dari hal-hal lain yang mungkin dikatakan mengenai teks ini, jelas bahwa konteks pasal 8 mengungkapkan iman dan keyakinan Paulus yang dalam terhadap tujuan Allah yang penuh kasih. Kita harus ingat bahwa pengakuan ini bukanlah hasil dari rasionalisasi atau uraian teologi yang abstrak. Pengakuan ini juga bukan kata-kata yang muncul dari bibir seseorang yang hidupnya berjalan dalam ketenangan, tidak terganggu oleh tekanan dan ketegangan, kepedihan dan kekacauan, pergolakan dan tragedi yang sedikit banyak dialami oleh sebagian besar umat manusia.
Tidak, kata-kata yang penuh keyakinan dan pengharapan ini ditulis oleh seseorang yang berdasarkan kesaksiannya sendiri dalam surat sebelumnya "menanggung beban yang sangat berat" dan "putus asa" (II Korintus 1 :8); ia "ditindas dalam segal a hal" dan "habis akal", "dianiaya" dan "dihempaskan" (II Korintus 4:8-9); ia mengalami "dera", "penjara", "kesukaran" dan "puasa/ kelaparan" (II Korintus 6:4-5). Nampak jelas dari hidup dan pengalaman Paulus bahwa dalam Roma 8:28 tidak tertulis "teori belaka", melainkan pengakuan iman yang mendalam yang muncul dari pengalaman yang sepintas lalu nampaknya tidak mendukung pengakuan itu .
Jika demikian, "kebaikan" manakah yang dikerjakan oleh Allah? Saya yakin kita hanya dapat mengungkapkan hal ini jika kita melihat seluruh konteks bacaan dengan serius. Dalam Roma pasal 8 ayat 1 sampai 18, Paulus menunjukkan bahwa orang Kristen adalah mereka yang ada "di dalam Kristus" (Roma 8: 1), yang hidupnya ditentukan dan diberi kuasa oleh Roh Kudus Kristus yang diam di dalamnya (Roma 8:9-11). Atas dasar realitas ini, kita adalah "anak-anak Allah" dan "ahli waris Kristus" (Roma 8: 16-17). Karena itu kita tidak lagi terikat pada "hukum dosa dan hukum maut" (Roma 8:2).
Tetapi bebas dari realitas dosa dan kematian yang rnengikat kita tidak berarti bahwa kita dapat rnenjalani kehidupan kita tanpa dipengaruhi oleh keberadaan dosa dan rnaut yang terus-rnenerus di dunia ini. Dan realitas yang rnendua inilah, yaitu "kemerdekaan" dan "pengalaman dosa dan maut yang terus menerus" yang dibicarakan Paulus dalarn bagian kedua pasal 8.
Paulus rnenyirnpulkan uraiannya tentang "hidup di dalam Kristus" atau "hid up di dalarn Roh Kudus" dengan rnenegaskan dalam ayat 17 bahwa kehidupan yang baru ini dijalani dalam ketegangan antara penderitaan yang sekarang dan kemuliaan yang akan datang. Dengan kata lain, kemerdekaan dari ikatan dosa dan rnaut tidak berarti ketiadaan realitas dosa dan maut atau ketiadaan pengalaman realitas ini pada masa sekarang.
Realitas "damai dengan Allah" dan "pernbenaran" yang ada sekarang (Roma 5:1) baru rnerupakan hal pertarna dari tindakan penebusan Allah yang penuh kernurahan di dalam Kristus. Masih banyak lagi yang akan datang. Dirnensi "belum terjadi" sudah diantisipasi dalarn Roma 5: di balik pengalarnan sekarang ini yaitu "damai dengan Allah," ada "pengharapan akan rnenerima kemuliaan Allah" (Rorna 5:2) dan pengharapan untuk "diselamatkan oleh hidup anak-Nya" dalarn penghakiman terakhir (Roma 5:9-10). Aspek "belum terjadi" dari tujuan penebusan Allah ini dibahas lagi dalam pasal 8. Dalarn Roma 8:11 Paulus rnenunjukkan kebangkitan 'tubuh yang fana," yang dalam ayat 17 disebutnya sebagai "kernuliaan" kita. Kernudian dalam ayat 18 ia melanjutkan dengan menunjukkan bahwa "penderitaan jaman sekarang ini" perlu ditempatkan dalarn prospektif yang benar sesuai dengan "kemuliaan yang akan dinyatakan."
Dalarn ayat 18 sampai 25, pengalaman-pengalaman kita yang nampaknya "tidak baik" sama sekali, ditempatkan dalarn konteks keseluruhan penciptaan Allah, yang "dengan sangat rindu menantikan" (ayat 19) dan yang sekarang ini "ditaklukkan kepada kesia-siaan" (ayat 20) dan berada dalam "perbudakan kebinasaan" (ayat 21). Ini adatah ciptaan yang "rnengeluh dan merasa sakit bersalin" (ayat 22). Dan sama seperti seluruh makluk "akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalarn kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah" (ayat 21), demikian juga kita dapat menantikan "pembebasan tubuh kita" (ayat 23).
Sikap yang benar dalarn menjalani hidup antara penebusan pertama ini dan hari penghakiman adalah pengharapan dan ketekunan (ayat 24-25). Keadaan kita sekarang "Lemah", kata Paulus (ayat 26). Jika tidak, ketekunan dan pengharapan itu tidak akan perlu. Namun di tengah-tengah kelemahan inilah Roh Allah hadir dan bekerja (ayat 26-27). Ayat 28, dan paragraf-paragraf berikutnya, harus dilihat dalarn konteks tujuan penebusan Allah seperti diuraikan di atas. Dalam segala hal dalarn penderitaan, keluhan, pengharapan, dan penantian kita; dalarn "penindasan, atau kesesakan, atau penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang" (Roma 8:35) dalam segala sesuatu Allah sedang bekerja "untuk mendatangkan kebaikan" (Roma 8:28 ). "Kebaikan" itu adalah realisasi final dan lengkap dari kasih Allah terhadap ciptaan-Nya, yang diwujudkan dalam Kristus, tidak sesuatu pun dapat memisahkan kita daripada-Nya (Rorna 8:39).
"Dalam sernuanya itu," Paulus merasa yakin, kita "Iebih daripada orang-orang yang menang" (Rorna 8:37). Bukan atas dasar usaha kita, bukan atas dasar iman yang buta, juga bukan atas dasar kepasrahan, melainkan "oleh Dia yang telah rnengasihi kita" (Roma 8:37) dan memanggil kita "sesuai dengan rencanaNya" (Rorna 8:28 ). Tujuan yang baik dan penuh kasih itu terpenuhi ketika seluruh ciptaan, termasuk tubuh kita, dibebaskan dari ikatan maut.
Sebelum tindakan final dalam pekerjaan penebusan Allah ini, kasih Allah di dalam Kristuslah yang rnenopang kita, rnemberi kita kuasa bahkan di tengah-tengah pengalaman dosa dan maut 'untuk menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya" (Roma 8:29). Allah bekerja dalam segala sesuatu ke arah tujuan yang baik itu. Tetapi hanya "orang-orang yang mengasihi-Nya" mengetahuinya, karena mereka adalah partisipan "bersama-Nya" di dalam pelaksanaan tujuan tersebut.
Disalin dari :
Manfred T Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, SAAT Malang, p. 28-32